Skip to content Skip to footer

Show Your Hem: Kala Alam Menginspirasi Karya

Show Your Hem (SYH) Goods merupakan salah satu brand leather goods asal Bandung yang telah berdiri sejak 2015. Meski telah malang melintang selama lebih dari 5 tahun, nama SYH Goods mulai mengemuka saat namanya muncul di deretan tenant Inazuma Festival 2019. 

Kehadiran SYH Goods dan dua brand lokal lain, Sagara Bootmaker dan NBDN, di ajang tersebut tentunya menjadi salah satu pencapaian yang patut diapresiasi. Pasalnya, menembus market Jepang bukan perkara mudah. 

Selain itu, SYH Goods juga bersanding dengan deretan brand kenamaan dunia, seperti Iron Heart, The Real McCoy’s, Pure Blue Japan, Avirex, Schott N.Y.C., First Arrow, dan lain sebagainya.

Tak berhenti di situ, SYH Goods melebarkan sayapnya dengan hadir di sejumlah retailer luar negeri, sepeti Homeland Shop (Rusia) dan Sunset Dry Goods & Men’s Supply (Filipina).

Setelah sebelumnya mengulas beberapa produknya, kali ini, Mimin #11, berkesempatan untuk mewawancarai Wau Sintaro. Ia sosok yang ada di balik brand SYH Goods. 

Bisa dibilang, Wau Sintaro merupakan salah satu “case” yang menarik untuk dibahas. Pasalnya, ia tidak lahir dan besar di kota-kota besar, layaknya mayoritas punggawa brand lokal yang biasa malang melintang di sekitar Darahkubiru. 

Wau Sintaro lahir dan besar di Sumedang, sebuah kota kecil di Jawa Barat yang terkenal akan sajian tahu yang khas. 

Dari salah satu sudut tempat yang kerap luput dari ingatan, Wau Sintaro membawa sebuah mimpi besar dengan alam yang menginspirasi dan menyertainya. Berikut perbincangan singkat Mimin #11 bersama Wau.

Bagaimana cerita awal SYH Goods?

“Jadi, cerita awal SYH Goods dimulai waktu saya pertama kali merantau di 2014. Waktu itu umur masih 21.

Pertama ngerantau, saya kerja sebagai sales promotion di salah satu brand sepatu internasional. Tokonya ada di mall Paris Van Java.

Terus, waktu itu, jeans selvedge lagi musim banget. Karena kabita (ingin), saya beli bahan lah terus ngejahit sendiri. Jahit sendiri teh untuk nge-press budget, hehe. Habis itu, saya iseng-iseng upload foto dengan pose lagi ngejahit celana di Instagram.

Karena foto itu, tiba-tiba ada bule nge-DM saya. Awalnya sih request untuk desain logo, tapi terus tiba-tiba pengin full produksi celana jeans di Indonesia. Saya kira dia bercanda, tahunya si bule itu bener-bener transfer sejumlah uang yang saya request untuk produksi celana. Ya, akhirnya saya selesaikan deh itu pesanan si bule.

Credits: Wau Sintaro/SYH Goods

“…saya memutuskan untuk resign sebagai sales promotion dan fokus di SYH Goods di 2017.”

Nah, selepas mengerjakan project jeans itu, saya mulai deh ngulik perkulitan. Kepikiran awalnya juga sederhana, yaitu dari leather patch jeans yang saya kerjain. Sampai ada temen yang beli produk kulit buatan tangan saya, akhirnya saya mutusin untuk memulai SYH Goods di 2015.

Seiring berjalannya waktu, saya pun makin mantap untuk berkarya sendiri. Karena itu, saya memutuskan untuk resign sebagai sales promotion dan fokus di SYH Goods di 2017.”

Belajar leather crafting dari mana?

“Awalnya saya sering nonton tutorial di YouTube. Terus belajar dari temen-temen yang dulu sempat nyoba untuk bikin handmade leather goods.

Credits: Wau Sintaro/SYH Goods

“…jalan dari Tuhan memang unik.”

Nah, prosesnya susah-susah gampang sih, apalagi dulu nyari tools-nya tuh susah banget. Tapi, jalan dari Tuhan memang unik, ada aja jalannya. Seiring berjalannya waktu, saya ditemuin sama beberapa orang yang ngasih ilmu baru, kesempatan baru.

Seiring berjalannya waktu, jadilah saya dan SYH Goods yang sekarang. Kalau ada kemauan pasti selalu ada jalan.”

Bagaimana komposisi konsumen saat ini?

“Berdasarkan data yang saya rekap di akhir 2020, sejauh ini konsumen SYH Goods masih didominasi dari pasar lokal. Rinciannya, 70 persen lokal dan 30 persen internasional.

Credits: Wau Sintaro/SYH Goods

“70 persen (konsumen) lokal dan 30 persen internasional.”

Jadi, saya pribadi ingin mengucapkan terimakasih sama teman-teman dan pelanggan dari Indonesia yang sudah mendukung SYH Goods.”

Saya perhatikan di media sosial, Wau masih rutin “pulang kampung”. Ceritain dong masa kecilnya di sana?

“Hahahaha, ya gitu aja gimana layaknya anak-anak di kampung. Biasanya, saya sama teman-teman berenang di sungai. Saking senangnya berenang, sampai suka lupa waktu.

Credits: Wau Sintaro/SYH Goods

…rasa penasaran saya yang tinggi waktu kecil keliatannya punya peran tersendiri sih terhadap berdirinya SYH Goods, hehe.”

Cuma, saya emang dari kecil suka penasaran dan ngoprek (membongkar) barang apa pun. Liat mainan dikit bawaannya ingin ngebongkar biarpun enggak bisa masangnya lagi. Itu mungkin yang membedakan.

Nah, rasa penasaran saya yang tinggi waktu kecil keliatannya punya peran tersendiri sih terhadap berdirinya SYH Goods, hehe.”

Lingkungan desa tentunya dekat dengan alam. Apakah nuansa alam ini punya peran tersendiri untuk Wau dalam proses berkarya?

“Oh, sudah barang tentu. Alam selalu memberikan segudang inspirasi buat karya-karya saya. Enggak cuma sekadar inspirasi, tapi alam juga menjadi tempat self-healing untuk saya pribadi.

Credits: Wau Sintaro/SYH Goods

“Enggak cuma sekadar inspirasi, tapi alam juga menjadi tempat self-healing untuk saya pribadi.”

Biasanya, kalau main ke tempat-tempat outdoor yang dekat dengan alam sama teman-teman di akhir pekan, pasti hari Senin langsung produktif banget. Artinya, menyempatkan waktu untuk dekat dengan alam punya pengaruh yang besar, setidaknya buat saya pribadi.

Kebetulan, belum lama ini saya juga terlibat dalam sebuah movement bertajuk Yapping Bengals yang relate sama dunia outdoor. Movement ini dibikin bareng teman-teman local brand Bandung, seperti Bagus (Sagara Bootmaker), Hamzah (NBDN), Ujank (Humblezing), Sandiyuda (Gang Nikmat), Awing (Legacy66), dan lain sebagainya.

Jadi, intinya, saya sama teman-teman (local brand tersebut) memang lagi ‘ngeracik’ wadah untuk para pecinta outdoor. Doain aja lancar, hehe.”

Penasaran dengan produk-produk SYH Goods? Langsung mampir ke website atau Instagram resmi mereka ya!