Skip to content Skip to footer

Sebuah Review Singkat: Sagara Legatant

DISCLAIMER

Review ini bersifat subjektif berdasarkan apa yang saya alami dan rasakan. Ini bukan review berbayar, yang artinya saya tidak dibayar oleh Sagara dan membayar dengan harga normal. Apa yang saya tulis di bawah adalah pengalaman setelah pemakaian sekitar dua minggu. Pengalaman antara saya dengan customer lain bisa jadi berbeda.


Spesifikasi

Maker: Sagara
Model: Legatant
Last: Morgan
Upper: kulit Taurillon warna Noir dari Rémy Carriat Tannery
Lining: Fully lined, hitam
Size: 42D
Construction: 270° handwelted norwegian storm welt
Sole: Nitrile rubber half sole
Heel: Nitrile rubber heel
Hardware: 8 brass eyelets

The Brand

Seperti yang kita tahu, Sagara adalah salah satu brand yang berfokus pada sepatu. Brand yang sudah berdiri lebih dari 7 tahun ini berkiblat pada gaya Amerika dan sedikit Eropa. Sagara sudah mengeluarkan banyak artikel seperti Valiant (lace-to-toe boots) yang sempat digandrungi tahun 2013-2014, sampai Regent (split toe boots) yang meledak sejak tahun kemarin.

Baru-baru ini Sagara mengeluarkan artikel ready-to-wear berupa Legatant boots menggunakan kulit Taurillon dari Rémy Carriat Tannery setelah bulan april lalu mengeluarkan artikel Cordmaster (monkey boots). Artikel Legatant adalah perpaduan dari artikel Legacy dan Combatant. Seperti banyak boots yang dibuat Sagara sebelumnya, Legatant mengambil base model dari service boots dengan beberapa modifikasi. Legatant mengadopsi diameter besar pada collar, raw cut di sepanjang cuff, dan bentuk reinforced backstay dari Combatant, sedangkan bentuk quarter diambil dari Legacy. Perpaduan ini menghasilkan boots yang lebih modern dibanding Combatant tapi cukup vintage dibanding Legacy.

The Leather

Rémy Carriat Tannery (selanjutnya akan disebut Carriat) adalah satu dari empat perusahaan penghasil kulit Taurillon yang berasal dari Perancis. Tannery yang terletak di barat daya Biarritz ini sudah memproduksi kulit sejak tahun 1927. Pendirinya, Rémy Carriat, adalah seorang yang memiliki passion tinggi di bidang penyamakan kulit jenis calfskin. Dengan lebih dari 90 tahun pengalaman di bidang penyamakan, Carriat bertransformasi menjadi salah satu perusahaan yang diperhitungkan di dunia penyamakan dengan memasok kulit Taurillon untuk brand-brand besar seperti Hermès, Dior, dan Loewe.

Kulit Taurillon terbuat dari banteng muda yang berusia 18 – 24 bulan. Kulit yang termasuk kategori mewah ini mempunyai karakteristik umum yang lembut, supple, dan cukup tahan terhadap goresan ringan. Tekstur yang terdapat pada kulit ini merupakan tekstur natural, bukan hasil emboss. Kulit Taurillon di Carriat terbagi atas banyak jenis menurut karakteristiknya. Dari sekian banyak jenis, yang paling populer adalah Lagun. Lagun dipakai dan direbranding oleh Hermès dengan nama Clemence leather.

Lagun dibuat dari kulit full-grain dan disamak dengan metode semi-aniline dyed. Karena disamak dengan semi-aniline dyed, kulit ini masih menampilkan natural grain di permukaannya. Kulit jenis ini juga memiliki proteksi yang lebih baik dibanding kulit aniline dyed disebabkan coating yang diaplikasikan pada kulit ini. Tapi, coating yang diaplikasikan pada kulit semi-aniline dyed tidak sebanyak dibanding yang diaplikasikan pada kulit pigmented.

The Boots

Boots ini menggunakan last Morgan yang merupakan salah satu last pertama yang dirilis Sagara. Last ini mempunyai desain bold dan chunky. Sebagai last paling bulky yang dimiliki Sagara, Morgan dipakai untuk artikel yang dirasa cocok mempunyai kesan rugged seperti Cordmaster, Valiant, Combatant, dan Legatant. Dibandingkan dengan Louis, last terbaru milik Sagara, Morgan punya bentuk backstay yang lebih flat dibanding Louis yang punya bentuk curvy untuk menunjukkan kesan formal. Panjangnya juga sedikit berbeda, Morgan mempunyai toe yang sedikit lebih pendek. Ini membuat tampilan last Morgan secara umum lebih vintage dengan kesan lebih boxy, walaupun ketika dipakai tidak ada perbedaan lebar yang signifikan. Mengenai sizing, Legatant dengan last Morgan dapat dipakai secara true to size.

Sagara menyematkan double midsole dan nitrile outsole boots ini. Double midsole memberikan kesan bulky. Karakteristik upper yang fleksibel membuat tidak ada kesulitan yang berarti saat masa break-in. Sagara nitrile rubber juga cukup nyaman bahkan saat pertama kali dipakai. Pada bagian dalam boots ini, Sagara menaruh insole dengan arc support yang membuat kaki menjadi lebih nyaman. Bagian ball terasa sedikit sempit saat boots ditekuk. Namun hal ini jauh berkurang setelah beberapa kali pemakaian. Lagi-lagi, kulit yang fleksibel membantu adaptasi menjadi lebih mudah.

Jahitan pada boots ini terlihat sangat rapi. Jahitan di upper yang menggunakan mesin terlihat sejajar antara satu dengan yang lain. Jahitan juga dieksekusi dengan rapat dengan tepi. Semua warna benang selain bagian welt dibuat sama dengan upper, membuat boots terlihat clean. Dengan begini, mata akan lebih fokus tertuju pada upper. Kontras dengan bagian upper, welt dijahit dengan benang berwarna putih yang selaras dengan midsole yang berwarna natural.

Sagara menyertakan 8 pasang brass eyelets di masing-masing bagian, membuat boots menjadi stand out ketika dipadukan dengan jeans yang dilipat. Tidak lupa Sagara menyematkan lining lambskin berwarna hitam, menambah rasa nyaman dan kesan stealth pada boots. Selain itu, terdapat nomor seri di bagian dalam shaft.

Secara mengejutkan Sagara menggunakan kulit yang sama antara upper dan lidah. Seperti yang diketahui, kulit yang digunakan untuk boots ini cukup mahal sehingga pembuat boots biasanya menggunakan kulit yang lebih murah untuk bagian lidah. Sagara melakukan kebijakan ini pada artikel Shell Cordovan mereka. Walaupun dengan tebal sekitar 2 mm ditambah lining sekitar 0,3 mm di bagian lidah, tidak ada sakit yang dirasakan karena kulitnya terasa fleksibel. Bahkan setelah 2 minggu pemakaian, tidak ada creases di bagian lidah akibat himpitan tali seperti yang biasa ada pada boots lain. Creases di bagian vamp terlihat cukup minimal. Hal ini masih dapat berubah mengingat pemakaian yang masih berlangsung selama 2 minggu.

Handwelted norwegian storm welt disematkan pada boots ini sebagai pelengkap. Pada dasarnya norwegian storm welt terdiri atas dua jahitan, yaitu welt stitching dan rapid stitching. Welt stitching menguhubungkan welt, upper, dan insole. Sedangkan rapid stitching menghubungkan welt, midsole, dan outsole. Sagara menggunakan 270° welt dengan jahitan yang lebih rapat (5 SPI pada boots ini dibanding 4 SPI pada artikel Valiant dan Cordmaster) yang menambah tampilan modern pada Legatant. Sagara sukses mengeksekusi jahitan ini dengan sangat rapi. Seperti yang diketahui, semakin tebal bidang yang dijahit akan semakin sulit membuat lubang jahitan tetap rapi mengikuti garis yang sudah ditentukan. Pangkal welt stitching dijahit dengan aksen rantai. Beralih ke bagian edge trim, Sagara terlihat menggunakan slicker dari kaca karena hasil burnishnya lebih refine. Untuk diketahui, burnishing menggunakan slicker dari kaca membutuhkan waktu yang cukup lama dibanding slicker dari kayu atau sandpaper. Hasil burnish juga akan terlihat berbeda, slicker kayu akan menghasilkan edge trim yang sangat halus.

Boots ini tentu tidak dapat dikatakan sempurna. Properti double midsole pada boots ini membuatnya lebih berat dari boots kebanyakan, membuat kaki mulai terasa pegal pada jam ke-5 pemakaian. Selain itu, harganya cukup menguras kantong mengingat dengan harga yang ditawarkan bisa mendapatkan dua boots lokal dengan kualitas yang cukup baik.


Summary

Keseriusan Sagara dalam membuat boots ini tercermin dari kualitasnya yang sangat apik. Sagara Legatant dengan kulit Taurillon merupakan boots dengan rasio price-to-quality yang bagus. Boots ini cocok bagi mereka yang ingin mendapatkan desain yang bold dengan kulit yang mewah. Dengan langkanya boots yang terbuat dari kulit Taurillon, Sagara sukses menyuguhkan karya yang luar biasa. Semoga Sagara dapat memperluas produksi untuk membuat bootsnya lebih banyak dikenal di dalam dan luar negeri. Bravo, Sagara!

 

 

 

 

Leave a comment