Skip to content Skip to footer

Hill tribe’s Indigo dye in Vietnam

Selama ini kita mengenal negara Vietnam dengan Phở noodlenya yang segar, sungai Mekong yang elok, perang Vietnam atau faham komunisnya. Namun, tahukah INDIGO readers sekalian bahwa di sebelah utara Vietnam terdapat perkebunan tanaman Indigo, tepatnya di desa Sa pa. Sapa merupakan desa paling utara dari Vietnam dan terletak 63 kilometer dari perbatasan Vietnam-China. Bukan hal yang mudah memang untuk mencapai kota ini. Jika anda mendarat dari Ho Chi Minh City, anda harus terbang selama 2,5 jam menuju Hanoi, naik kereta selama 9 jam ke Lào Cai, berkendara 4 jam ke Sa pa, dan trekking bukit selama 12 kilometer (+/- 6jam). Tapi semua itu tidak akan sia-sia dengan semua pengalaman menyaksikan proses Indigo dyeing khas desa Sa pa.

Indigo dye digunakan suku minoritas di desa kecil dekat Sa pa untuk menunjukkan ciri khas sukunya melalui baju adat. Suku H’mong (baca; moung), yang mudah anda temui di desa sekitar Sa pa mengenakan baju adat berwarna hitam dan biru yang diselimuti percampuran antara katun serta rajutan akar Cannabis.

Pemandangan di salah satu sudut desa

Tunggu.

Cannabis?
ganja?
Ya, pada dasarnya suku H’mong menggunakan daun Cannabis untuk keperluan medikal dan menggunakan akarnya untuk diolah menjadi bahan pakaian. Inilah yang menjadi khas dari suku ini karena bahan pakaian rajutan akar Cannabis hanya bisa ditemui di desa ini dan bahan ini tidak untuk dibawa keluar desa (katun Indigo dari desa ini memang menjadi bahan ekspor, tapi untuk yang berbahan dasar Cannabis tidak untuk dibawa keluar desa).

Menyaksikan salah satu warga desa memilin benang canabis
Memilin benang-benang yang akan dijadikan baju

Pada kesempatan ini saya beruntung untuk bisa menyaksikan dan berbincang-bincang dengan Indigo dye master suku H’mong. Setelah berjalan kurang lebih 12 km, 6 jam, medan sulit berbukit-bukit yang licin, dan udara yang dingin (+/- 5 derajat celcius) akhirnya saya sampai di perkebunan terpencil sekitar Sa pa. Tempat proses Indigo dye tidak begitu besar, hanya gubuk kecil 5×5 meter, bak besar yang berisikan air bersih, 2 wadah besar berdiameter sekitar 140cm/ tinggi 100cm dari kayu tebal, dan jejeran bambu untuk menjemur bahan yang sudah selesai direndam.

Sayang sekali ketika saya datang sudah terlalu sore dan proses pencelupan fabric sudah lewat. Tidak mau pulang dengan tangan hampa saya berinisiatif untuk mewawancara Indigo master suku H’mong itu. Dibantu oleh Nom, suku lokal pemandu saya, kami berbincang-bincang selama +/- 1 jam. Berikut rangkuman wawancara saya dengan Indigo master desa Sapa itu:

Keluarga Strobilanthes yang digunakan sebagai bahan dasar pewarna

Tanaman Indigo Strobilanthes, atau nama lokalnya Khaam Hohm, menjadi tanaman utama tiap keluarga di desa ini. Tanaman Indigo ini hanya panen sekali dalam setahun sekitar Maret, April, Mei dan sekali panen bisa sampai 3 bulan lamanya tergantung cuaca (Hanoi dan sekitar terkenal dengan cuacanya yang tidak menentu). Proses dyeing dimulai dari pencelupan setumpuk tanaman Indigo kedalam Wadah kayu berisikan air selama beberapa hari. Bagian tanaman yang dicelupkan hanya daun segar beserta batangnya. Untuk mendapat hasil pewarnaan yang cepat, maksimal, dan meresap secara menyeluruh ke tekstur akar Cannabis, Indigo master suku H’mong ini mencelupkan abu kayu, alkohol, dan irisan jeruk nipis untuk diaduk secara merata. Lama kelamaan air dalam wadah tadi akan berubah menjadi biru pekat kehitam-hitaman dengan busa-busa berbuih disekitarnya.
Setelah memisahkan akar Cannabis dari daunnya dan mengolahnya menjadi bahan dasar pakaian, bahan-bahan itu dicelupkan selama 2-3 hari kedalam air Indigo tadi. Setelah Indigo terlihat meresap ke Fabric akar Cannabis, bahan-bahan pun diangkat untuk dijemur. Proses penjemuran-pun memerlukan waktu lama karena matahari yang sukar menembus desa ini.

Penjemuran fabric yang sudah dicelup

Setelah berbincang-bincang selama 1 jam, saya pun diajak ketempat penjemuran Indigo dyed akar Cannabis tadi. Diluar, berjejer dengan indahnya kain-kain berwarna biru pekat melambai-lambai terhempas angin sejuk desa Sa pa. Bau Cannabis tercium jelas ketika saya menghendus dari dekat kain-kain itu. Tekstur Indigo dyed akar Cannabis itu lebih kasar dari katun kebanyakan dan banyak benang-benang yang keluar dari jalurnya. Terlihat sangat alami.
Menurut saya inilah Indigo Porn.
Semua proses dilakukan dengan peralatan tradisional dan handmade, bukan dengan teknologi modern dari pabrik.

Close up kain yang sudah dicelup

Saya sangat beruntung bisa membawa pulang Indigo dyed dari akar Cannabis walaupun dalam kuantitas yang sedikit. Indigo master itu, melalui Nom, mengatakan bahwa ini oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Indonesia.

Nice.

Jadi, bila INDIGO readers sedang berkunjung/berlibur ke Vietnam, jangan lewatkan untuk bertualang ke desa Sapa untuk menyaksikan proses Indigo dyeing. Saya jamin ini akan memberikan sensasi liburan tersendiri kepada anda, Indigo lovers.

Perjalanan menuju desa
Nom, pemandu lokal
Baju adat yang dicelup
Baju adat dipakai anak-anak

semua cerita dan foto oleh Adystra Bimo. Terima kasih banyak atas kontribusinya!

Leave a comment